Risiko Transfusi Darah: Reaksi Hemolitik

Estimated read time 2 min read

HemolitikReaksi hemolitik terdiri dari dua bagian, yaitu reaksi hemolitik akut dan reaksi hemolitik lambat. Reaksi hemolitik akut adalah yang paling serius, tetapi jarang terjadi. Umumnya disebabkan oleh kesalahan identifikasi dalam pencocokan sampel darah resipien dan donor (crossmatch), sehingga antibodi pasien menyerang sel darah merah yang ditransfusikan dan memicu terlepasnya zat-zat yang dapat membahayakan ginjal. Gejalanya berupa demam menggigil, mual, nyeri di daerah dada dan punggung, sesak nafas, hipotensi, dan urin yang bewarna kemerahan atau keabuan (hemoglobinuria).

Reaksi hemolitik lambat gejalanya timbul pada hari ke 3 sampai 21 hari setelah transfusi, seperti demam yang tidak begitu tinggi, penurunan hematokrit, peningkatan kadar billirubin tidak terkonjugasi, dan ikterus prehepatik, mekipun pada beberapa kasus tidak tidak memperlihatkan gejala klinis. Pada reaksi ini tubuh resipien akan secara perlahan merusak sel darah merah yang ditransfusikan, sehingga masalah akan timbul sampai sel darah merah pasien menjadi rendah. Baik reaksi hemolitik akut dan reaksi hemolitik lambat sering terjadi pada pasien dengan riwayat transfusi sebelumnya.

Sumber:

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours