Mendobrak Rasa Takut Untuk Donor Darah

Estimated read time 2 min read

Bagi sebagian orang, donor darah merupakan sebuah kebiasaan. Bagi mereka, donor darah adalah kebiasaan yang positif karena dapat membantu orang lain serta diri sendiri untuk tetap hidup sehat. Namun, masih banyak orang yang urung mendonorkan darahnya karena berbagai sebab. Di dalam artikel ini, penulis akan membagi kisah seseorang yang baru pertama kali donor darah di usia remaja.

Namanya Ismail Ahmad Affa Riyadi. Mahasiswa Institut Pertanian Bogor (IPB) ini sebelumnya mengaku belum pernah mendonorkan darahnya. Ia beralasan takut dengan jarum suntik.

“Saya tidak pernah suntik selain suntik imunisasi,” akunya.

Baru pada masa kuliah, ia berani mendonorkan darahnya. Kegiatan Young On Top Love Donation 2015 menjadi saksi keberanian Ismail. Ia bersama beberapa teman melakukan aksi donor darah. Ia merasa iba dengan penderitaan sahabat-sahabat yang hidup dengan Thalassemia yang bergantung dengan transfusi darah sepanjang hidupnya.

Hati nurani Ismail mendorong untuk melakukan donor darah pertamanya, meski ketakutan terhadap jarum terus membayangi. Ismail merupakan salah satu panitia di kegiatan yang digagas Divisi Energy di Young On Top tersebut. Saat itu, ada temannya yang takut untuk mendonorkan darah.

Ismail mengajak temannya untuk mendonorkan darah. Temannya tersebut bersedia mendonorkan darahnya jika Ismail juga melakukannya. Akhirnya merekapun berdonor darah bersama. Bahkan, demi tetap mendonorkan darahnya, ia rela menutup mata menggunakan kain ketika jarum donor darah menancap di lengannya.

Tak sampai sepuluh menit, proses pengambilan darahpun sukses dilakukan. “Rasanya senang dan puas darah kita yang hanya 300 ml bisa membantu orang yang benar-benar membutuhkan,” ujarnya bangga.

Saking senangnya, ia tanpa sadar menabrak jendela kaca ketika akan keluar tempat donor darah. Semua orang menertawakan dia. “Penjaganya ada yang khawatir saya pingsan, hehe,” ungkapnya. Setelah donor pertamanya tersebut, ia ingin memiliki banyak riwayat donor darah sehingga semakin banyak orang yang membutuhkan darah terbantu. 

Cerita Ismail diatas patut menjadi cambuk bagi kita untuk tak gentar berdonor darah. Ismail, dengan ketakutannya terhadap jarum suntik pada akhirnya berani melakukan donor darah. Hal itu membuktikan bahwa jika ada kemauan besar untuk melakukan kebaikan, selalu ada jalan.

Ketakutan dapat dikontrol. Mari berdonor darah. Masih banyak saudara kita yang membutuhkan darah. Jika kita berguna, kenapa tetap memelihara ketakutan kita?

You May Also Like

More From Author