Jenis, Metode, Prosedur/Cara Kerja, dan Interpretasi Hasil Cross Match

Estimated read time 5 min read

Pada prinsipnya, cross match dilakukan untuk mendeteksi ketidakcocokan antara darah donor dan darah resipien yang tidak dapat ditemukan pada proses penggolongan darah sebelumnya. Dalam artikel ini akan dibahas mengenai jenis, metode, prosedur/cara kerja, dan interpretasi hasil cross match untuk melengkapi pembahasan pada artikel sebelumnya.

Jenis dan Metode Cross Match

Ada dua jenis cross match yang biasa dilakukan, yaitu mayor cross match dan minor cross match. Menurut Dhurba Giri (2015), mayor cross match adalah pengujian antara serum pasien dengan sel-sel donor untuk mengetahui apakah pasien memiliki antibodi yang dapat menyebabkan reaksi transfusi hemolisis atau penurunan ketahanan sel-sel donor.

Sementara, minor cross match adalah pengujian antara sel-sel pasien dengan plasma donor untuk mengetahui apakah terdapat antibodi di dalam plasma donor yang berfungsi melawan antigen yang terdapat di dalam sel pasien. Sementara, menurut Syarifah (nd), mayor cross match adalah serum penerima dicampur dengan sel donor dan minor cross match adalah serum donor dicampur dengan sel penerima.

Selain mayor cross match dan minor cross match, sebagaimana yang tertera pada Standard Operating Procedure For Blood Transfusion dari WHO dan BANBCT (2013), jenis cross match juga terdiri dari saline cross match dan antiglobulin cross match. Keduanya sama-sama digunakan untuk mendeteksi ketidakcocokan antara darah donor dan darah pasien.

Namun, antiglobulin cross match digunakan untuk mendeteksi ketidakcocokan yang diakibatkan oleh antibodi yang aktif pada suhu 37⁰C sehingga memiliki tahapan yang dilakukan pada suhu tersebut, sementara saline cross match dilakukan sesuai suhu ruangan.

Pemeriksaan cross match dapat dilakukan dengan menggunakan salah satu dari dua jenis metode, yaitu antara metode gel atau metode tabung. Namun, saat ini metode pemeriksaan cross match yang digunakan oleh UTD dan BDRS adalah metode gel dalam cup kecil.

Sebab, metode gel lebih mudah dan praktis untuk digunakan. Meskipun sebenarnya metode tabung saat ini menggunakan teknik yang lebih ketat, yaitu dengan menggunakan beberapa fase dan medium pemeriksaan seperti bovine lbumin, serum coombs, dan inkubasi pada suhu 37⁰C, yang dapat menambah sensitivitas pemeriksaan cross match.

Cara Kerja Cross Match
Prosedur/Cara Kerja cross match dengan metode Diamed Gel Tet yang selama ini digunakan oleh UTD/BDRS dan digunakan oleh RS PKU Muhammadiyah Gombong terdiri dari:

1. Buat suspensi sel pasien dan donor 0,8-1%, dengan cara:

  • Masukkan 0,5 ml Dil 2 dengan dispenser ke dalam tabung
  • Ambil 5 µl (mikroliter) PRC atau 10 µl WB, masukkan tabung
  • Campur dan homogenkan suspense 0,8%-1%

2. Ambil liss/Coombs Card, tandai dengan identitas Pasien/Donor, buka penutup alumunium dengan bantuan mikropipet, kemudian masukkan:

  • Mayor : 50 µl Suspensi Sel Donor + 25 µl Serum Pasien
  • Minor : 50 µl Suspensi sel pasien + 25 µl Serum Donor
  • AC (Autocontrol) : 50 µl Sel Os + 25 µl Serum Pasien
  • Masukkan kartu ke inkubator. Inkubasi 37⁰C, 15 menit (tekan tombol timer 1/2/3)
  • Pindahkan kartu ke centrifuge. Tekan tombol start (centrifuge selama 10 menit)
  • Baca reaksi makroskopis.

3. Kemudian untuk Direct Coombs Test (DCT) cara kerjanya terdiri dari:

  • Buat suspensi sel pasien 0,8%-1%
  • Ambil Liss/Coombs Card, tandai dengan identitas pasien
  • Masukkan 50 µl suspense sel pasien
  • Putar di centrifuge (tekan tombol start)
  • Baca reaksi

Interpretasi Hasil Cross Match
Interpretasi hasil cross match yang selama ini digunakan oleh UTD/BDRS dan digunakan oleh RS PKU Muhammadiyah Gombong adalah:

NoMayorMinorAC/DCTKesimpulan
1Darah keluar
2+Ganti darah donor
3+Ganti darah donor
4++Darah keluar bila minor lebih kecil atau sama dengan AC/DCT → inform consent
5+++Lihat keterangan no. 5

Keterangan:

  1. Cross Macth Mayor, Minor, dan AC = negatif
    Darah pasien kompatibel dengan darah donor. Darah boleh dikeluarkan.
  2. Cross Macth Mayor = positif, Minor = negatif, dan AC = negatif
    Periksa sekali lagi golongan darah pasien apakah sudah sama dengan donor, apabila sudah sama artinya terdapat Irregular Antibody pada serum pasien. Ganti darah donor, lakukan cross match lagi sampai mendapatkan hasil cross negatif pada mayor dan minor.
    Apabila tidak ditemukan hasil cross match yang kompatibel meskipun darah donor telah diganti, maka harus dilakukan screening dan identifikasi antibodi pada serum pasien, dalam hal ini sampel darah dikirim ke UTD Pembina terdekat.
  3. Cross Macth Mayor = negatif, Minor = positif, dan AC = negatif
    Ada Irregular Antibody pada serum/plasma donor. Ganti dengan darah donor lain, lakukan cross match lagi.
  4. Cross Macth Mayor = negatif, Minor = positif, dan AC = positif
    Lakukan Direct Coombs Test pada pasien. Apabila DCT = positif, hasil positif pada cross match minor berasal dari autoantibodi. Apabila derajat postif pada minor sama atau lebih kecil dari derajat positif pada AC/DCT, darah boleh dikeluarkan.
    Namun apabila derajat positif pada minor lebih besar dibandingkan derajat positif AC/DCT, maka darah tidak boleh dikeluarkan, ganti darah donor, lakukan cross match lagi sampai ditemukan positif pada minor sama atau lebih kecil disbanding AC/DCT.
  5. Cross Macth Mayor, Minor, dan AC = positif
    Periksa ulang golongan darah pasien maupun donor, baik dengan cell grouping maupun back typing, pastikan tidak ada kesalahan golongan darah.
    Lakukan DCT pada pasien, apabila positif bandingkan derajat positif DCT dengan Minor, apabila derajat positif minor sama atau lebih rendah dari DCT, maka derajat positif pada minor diabaikan, artinya positif tersebut berasal dari autoantibodi.
    Sedangkan, apabila derajat positif terdapat pada mayor, maka positif tersebut disebabkan adanya Irregular Antibody pada serum pasien. Ganti dengan darah donor baru hingga ditemukan hasil mayor negatif.

Oleh : Rr. Putri Annisya A. P. (Roro)

Referensi:

  • Wahyuningsih, Witri Palupi Retno. 2016. Cara Kerja Cross Match dengan Diamed Gel Tes. RS PKU Muhammadiyah Gombong
  • Wahyuningsih, Witri Palupi Retno. 2016. Interpretasi Hasil Cross Match. RS PKU Muhammadiyah Gombong
  • Giri, D. 2015. Cross-Matching : Types, Purpose, Principle, Procedure and Interpretation [Online]. Tersedia: http://laboratoryinfo.com/cross-matching/.
  • WHO dan BANBCT 2013. Standard Operating Procedure For Blood Transfusion, Bangladesh, OPEC Foundation for International Development.
  • Syarifah. nd. Crossmatch (Reaksi Silang Serasi) II [Online]. Laboratorium Klinik RSKD. Tersedia: https://labku1rskd.wordpress.com/tag/crossmatch-reaksi-silang-serasi/.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours