Donor Darah, Gaya Hidup yang Menyenangkan untuk Menjaga Hidup Sehat dan Menyelamatkan Hidup Thaler (Pasien Thalassemia)

Estimated read time 4 min read

Donor darah, apa sih yang pertama kali ada di pikiran kita ketika mendengar kata donor darah?

Salah satu kegiatan yang bisa menyelamatkan nyawa sesama manusia ini, kini mulai populer di kalangan anak muda. Kalau dulu, PMI masih harus dengan sekuat tenaga untuk mengenalkan kegiatan donor darah ini sebagai salah satu kegiatan yang mempunyai banyak manfaat.

Namun kini, dengan bantuan berbagai komunitas donor darah yang ada, seperti Blood For Life Indonesia, dan sering maraknya kegiatan donor darah yang dilakukan di berbagai tempat, kegiatan donor darah sudah menjadi kegiatan yang sudah tak asing lagi.

Menurut WHO, kebutuhan minimal kantung darah suatu negara adalah 2% dari total penduduk. Dalam 10 tahun terakhir terjadi peningkatan jumlah donasi darah, namun masih belum dapat memenuhi kebutuhan (infodatin depkes). Ketersediaan darah ini sangat bergantung pada pendonor darah.

WHO memberikan ketentuan bahwa seharusnya total darah yang dihasilkan ini 100% didapat dari pendonor darah sukarela. Namun nyatanya, baru sekitar 86,20% darah yang diterima berasal dari pendonor sukarela. Untuk menutupi kebutuhan darah, UTD mencari donasi darah melalui donor darah pengganti sebesar 13,56% atau bahkan berasal dari donasi bayaran sebesar 0,23%.

Seiring berjalannya waktu, kegiatan donor darah ini banyak kita temukan di berbagai tempat umum. Kalau dulu, untuk melakukan donor darah, kita harus berkunjung ke kantor PMI, kini kita bisa dengan mudah menemukan kegiatan donor darah di pusat perbelanjaan atau di institusi pendidikan.

Banyak instansi atau organisasi yang seakan berlomba untuk mengadakan kegiatan donor darah dengan tujuan untuk ikut membantu orang-orang yang sedang membutuhkan darah.

Tentunya darah yang dihasilkan dari pendonor tersebut diberikan kepada PMI sebagai lembaga resmi yang ditunjuk pemerintah sebagai pengelola dan pelaksana usaha transfusi darah (Peraturan Pemerintah Nomor 7 tahun 2011).

Sudah bukan rahasia umum bahwa melalui donor darah, banyak manfaat yang bisa kita ambil. Tidak hanya bermanfaat untuk orang yang membutuhkan darah, namun sebagai pendonor aktif juga banyak sekali manfaat yang bisa kita nikmati.

Mulai dari pengecekkan kesehatan gratis secara berkala, sampai dengan ikut membantu mengatur berat badan. Hal ini membuat kegiatan donor darah menjadi lifestyle sebagian orang. Mereka berdalih, ada yang kurang jika mereka tidak sempat berdonor darah ketika sedang mempunyai jadwal kegiatan yang padat.

Jika membahas tentang lifestyle, ada sebagian orang yang dengan sengaja menjaga kesehatannya demi bisa melakukan donor darah secara berkelanjutan.

Seperti contohnya bintang sepak bola asal klub Real Madrid, Christiano Ronaldo. Ronaldo, begitu Ia akrab disapa, tidak mentatto tubuhnya untuk mencegah agar tidak ada cairan kimiawi yang terkandung dalam bahan tatto yang bisa mempengaruhi kualitas darahnya.

Dukungan dari public figure tersebut membuat masyarakat semakin berbondong-bondong untuk berdonor darah. Salah satunya pada acara Love Donation 2017 yang diadakan oleh Young On Top Campus Ambassador. Acara yang digelar di pusat perbelanjaan Mal Ciputra, Jakarta Barat tersebut mengangkat tema tentang #KitaUntukThalassemia.

Ya, salah satu manfaat donor darah sangat dirasakan oleh para thaler, sebutan untuk orang-orang penderita thalassemia. Thalassemia adalah penyakit genetik yang diturunkan dari salah satu atau kedua orang tua.

Rendahnya kadar hemoglobin yang disebabkan gangguan kemampuan tubuh untuk memproduksi sejenis protein yang disebut rantai globin, yang ditandai dengan kekurangan zat besi menjadi penyebab seseorang menderita thalassemia.

Seperti dikutip dari artikel sebelumnya, tidak mudah untuk mendeteksi thalassemia dalam diri. Hanya dengan pemeriksaan darah seperti pemeriksaan gambaran darah tepi, penyakit ini bisa terdeteksi. Thalassemia sendiri dibagi menjadi thalassemia minor dan thalassemia mayor.

Orang dengan pembawa gen thalassemia disebut thalassemia minor. Para penderita thalassemia minor akan menghasilkan 25% keturunan penderita thalasemia mayor, 50% akan membawa gen thalassemia minor ke generasi berikutnya, serta 25% memiliki anak yang normal tanpa gen thalassemia.

Sedangkan pada penderita thalassemia mayor memiliki eritrosit yang berumur kurang dari 120 hari. Hal ini menyebabkan seumur hidupnya para penderita thalassemia mayor akan membutuhkan transfusi darah.

Thalassemia, the untold story of life, bisa jadi di dalam diri kita merupakan gen pembawa thalassemia. Oleh karena itu sedini mungkin kita melakukan pemeriksaan darah sebelum menikah untuk menghindari penurunan gen thalassemia.

Oleh: Candra Septiani Putri

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours